Menuju Takwa Kultum M. Nasir Daud
PTA Jambi- Senin (21/1/2019), selesai melaksanakan apel pagi sebagai agenda rutin dilaksanakan Bintal berbentuk Kultum di aula utama Pengadilan Tinggi Agama Jambi. Dalam kesempatan ini Hakim Tinggi Drs. M. Nasir Daud menjadi narasumber.
Beliau mengangkat tema tentang Takwa Sebagaimana terang beliau :
Takwa datang dari akar yang bernama al-wiqâyah. Sementara al-wiqâyah berarti: "menjaga secara maksimal". Dalam ranah syariat, definisi takwa adalah: "Upaya untuk memenuhi perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya demi menghindari azab-Nya."
Selain definisi etimologis dan definisi menurut terminologi syariat, terkadang "takwa" diartikan sebagai "takut", sebagaimana halnya kata "takut" (khauf) terkadang juga digunakan dengan pengertian yang sama dengan "takwa", sampai-sampai kita mungkin dapat menemukan adanya dua pengertian sekaligus dari kata ini di dalam kitab-kitab syariat.
Selain itu, takwa juga memiliki makna universal yang bersifat âm hingga mencapai batas maksimal karena ia mencakup satu kawasan pengertian yang sangat luas. Dari penjagaan terhadap adab-adab syariat dengan penuh ketelitian dan kejujuran, sampai menjaga hukum-hukum syariat yang sesuai fitrah, sampai tindakan manusia melindungi hatinya dari kemusyrikan dan berbagai hal yang dapat menyeret ke arah syirik yang terdapat di dalam perilaku yang dapat memerosokkan pelakunya ke dalam neraka jahanam, atau setiap amal perbuatan yang membuahkan hasil di surga, sampai melindungi diri dari sikap membebek para orang lain dalam pemikiran dan pola kehidupan.
Dengan pengertian yang sangat luas ini, takwa menjadi satu-satunya sumber yang menentukan nilai dan kemuliaan seorang manusia. Inilah yang dinyatakan dalam ayat yang berbunyi: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian." (QS. al-Hujurât [49]: 13).
Sungguh saya tidak pernah menemukan takwa dengan pengertian seluas dan sedalam ini di sumber manapun selain al-Qur`an, sebagaimana saya juga belum pernah menemukan kata-kata yang seajaib kata-kata seperti yang ada di dalam aturan akhlak dan tarbiyah Islam, yang mampu merangkum kepadatan materi dan kedalamam makna secara sekaligus, sampai-sampai akarnya menghunjam dalam di dunia, sementara ranting, bunga, dan buahnya menjangkau akhirat.
Ya, sesungguhnya di dalam makna dan kandungan takwa terdapat keajaiban luar biasa, karena al-Qur`an tidak dapat dipahami secara benar, kecuali jika makna takwa sudah dipahami dengan baik. Sebagaimana halnya tidak mungkin pula kita tidak mungkin mencapai takwa tanpa berjalan di atas tuntunan al-Qur`an yang sebelum menjelaskan hal-hal lain, ia lebih dulu membuka gerbangnya bagi orang-orang yang bertakwa seraya membisikkan ke telinga mereka: "...petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. al-Baqarah [2]: 2). Al-Qur`an menunjukkan arah agar kehidupan berujung pada penerapan aturannya, sembari terus menarik perhatian kita menuju cakrawala "semoga kalian bertakwa." (QS. al-Baqarah [2]: 21).
Maka pertanyaan penting yang harus dijawab adalah bagaimana karakter orang bertakwa yang harus kita miliki. Banyak ayat alquran yang menerangkan ciri-ciri orang bertakwa, misalnya firman Allah di surat al Baqarah ayat 3-5, artinya :
“ yaitu mereka yang beriman kepada yg Ghaib, dan melaksanakan sholat dan menginfaqkan sebagian rizkinya (3). Dan mereka yang beriman kepada (al Quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya hari akhirat (4). Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (5).”
Juga firman Allah di surat Ali Imron 134-136, artinya :
“(yaitu) orang yang berinfaq baik dalam keadaan lapang atau sempit, dan orang-orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan (134). Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah ? dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui(135). Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surge yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal didalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal (136).” Jelas M. Nasir Daud.
Semoga kita tergolong orang-orang yang bertakwa..Aamiin (RR/Jurdilaga)
Pelayanan Prima, Putusan Berkualitas