Bina Mental di PTA Jambi Mengupas Perilaku Anak (21/03)
Drs. H. Mas'ud
Anak adalah merupakan karunia Allah yang tidak ternilai harganya dan merupakan dambaan bagi setiap keluarga.
Keluarga yang telah memiliki segala kecupukan, baik harta benda maupun materi lainnya, tetapi apabila belum mempunyai anak, maka keluarga tersebut menjadi hambar dan kebahagiannya tidak lengkap. Oleh sebab itulah, bagi keluarga yang belum mempunyai keturunan akan berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan anak tersebut, baik melalui pengobatan secara medis maupun secara non medis.
Terakhir, apabila hal itupun belum membuahkan hasil, maka banyak keluarga yang melakukan pengangkatan anak. Namun demikian, tidak semua anak membahagiakan dalam keluarga, bahkan terkadang justru sebaliknya, menjadi malapetaka dan permusuhan.
“Tidak semua keluarga mendapatkan anak, dan tidak semua yang mempunyai anak merasa bahagia, terkadang justru membuat permusuhan,” urai Drs. H. Mas’ud, salah seorang Hakim Tinggi ketika memberikan tausiyah dalam kegiatan bina mental di PTA Jambi, Senin (21/03).
Dalam tausiyahnya tersebut, H. Mas’ud menjelaskan empat perilaku anak bagi kehidupan keluarga. Pertama, sebagai musuh. Banyak keluarga yang anaknya menjadi musuh bagi orang tua, terkadang keluarga tersebut adalah keluarga yang terhormat dan terpandang. Misalnya, Bapaknya pejabat tinggi, tapi anaknya pecandu narkoba.
“Banyak keluarga terhormat, tapi antara anak dan orang tua bermusuhan,” ujar H. Mas’ud yang disambung hadirin dengan ucapan naudzubillah.
Kedua, menjadi fitnah. Sama halnya dengan yang pertama, anak dalam keluarga menjadi fitnah atau aib. Misalnya anaknya pencuri.
Untuk perilaku anak pertama dan kedua, H. Mas’ud mengajak hadirin introspeksi diri. Mungkin saja makanan dan minuman yang diberikan kepada anak adalah yang haram atau halal tapi bercampur dengan yang haram.
“Saya menghimbau kepada kita semua untuk selalu memberikan makanan yang halal bagi keluarga,” ajak H. Mas’ud.
Ketiga, sebagai perhiasan. Beruntunglah keluarga apabila mempunyai anak yang dapat menjadi perhiasan. Anak yang seperti ini membanggakan orang tua sekaligus menjadi harapan keluarga.
Sedangkan yang terakhir atau yang keempat, anak yang menjadi qurrota a’yun (penyenang hati). “Setiap keluarga muslim pasti menginginkan anak qurrota a’yun, oleh sebab itu mari kita selalu memanjatkan doa sebagaimana tercantum dalam suarat al-Furqan ayat 74,” urai H. Mas’ud seraya menutup tausiyahnya. (AHP)
Pelayanan Prima, Putusan Berkualitas