Ramadhan Ke 20 Meraih Puncak Prestasi di Bulan Ramadhan (20/6)
Jambi – Kamis, 15 Juni 2017, Pengadilan Agama Jambi kembali menggelar tausyiah di Musholla Raudhatul Jannah dihadiri seluruh jamaah sholat dzuhur yang hadir, dalam hal ini diisi Ustaz H. M. Ridwan Ustha E. Beliau langsung membacakan lantunan ayat yang merdu yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa, sebagaimana juga telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian supaya kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (Qs Al-Baqarah 183).
Ridwan menyampaikan bahwa inilah Ramadhan. Bulan yang selain gaji tetap, akan didapatkan juga bonus 10 hingga 700 kali lipat bahkan bisa jauh lebih besar daripada itu. Bahkan jika prestasi seleksi amalan di bulan ini konsisten sampai akhir, maka bonus pahala 1000 bulan (83 tahun lebih) bisa anda raih.
Bulan yang telah Allah informasikan kepada anda 1500 tahun yang lalu, tidak seperti direktur anda yang memberikan informasi hanya sepekan sebelum hari H. Jelas sekali persiapan dan perbekalan anda akan jauh lebih paripurna. Aneh nian, jika anda masih ragu dan gagap saat Ramadhan tiba padahal anda punya waktu 11 bulan untuk bersiap-siap menyambutnya. Bahkan anda sudah mengetahuinya sepanjang hayat anda.
Lihatlah para shahabat Rasulullah SAW, manusia-manusia langit itu luar biasa gembira menyambut Ramadhan dan luar biasa pilu ditinggal Ramadhan. Mereka berharap setahun itu bulannya adalah Ramadhan semua. Layaknya anda yang begitu meluap kegembiraan saat bulan seleksi itu tiba menghampiri anda. Kegairahan memuncak untuk menelusuri satu ibadah yang Allah berkenan memberikan pahala melimpah-ruah secara langsung.
Allah menyeleksi manusia, kira-kira manusia macam apakah yang akan sanggup melaksanakan aturannya yang ini. Ternyata Allah mengatakan “Wahai orang-orang yang beriman”, duhai berbahagialah orang yang beriman kepada Allah karena mereka lulus seleksi, yang bukan hanya mengaku Islam, karena predikat muslim saja tidak cukup layak mengikuti lomba super hebat di bulan Ramadhan. Mereka tidak akan mampu, akan kepayahan…
Mereka, yang hanya Islam saja, sebagaimana sudah Rasulullah ingatkan “Betapa banyak orang yang shaum namun tidak mendapatkan apa-apa dari shaumnya kecuali rasa lapar dan dahaga.”
Mereka tidak tahan untuk tidak makan minum, tidak tahan untuk konsisten shalat tarawih, tidak tahan berlama-lama membaca Al-Qur’an, tidak tahan untuk tidak mencaci orang lain, tidak tahan berbaik sangka kepada orang lain, tidak tahan untuk membatasi apa yang dia makan saat berbuka dan tidak tahan untuk tidak berhura-hura saat malam ‘Idul Fitri, padahal itu berpotensi menghapus seluruh pahala Ramadhan yang susah payah ia kumpulkan.
Memang nyata, kita belum seperti para shahabat Rasulullah SAW, mungkin anda atau saya bahkan merasa biasa-biasa saja dengan datangnya Ramadhan. Atau yang lebih celaka, justru khawatir dan takut menjalani Ramadhan. Na’udzubillah. Yang menyambut gembira Ramadhan adalah orang beriman, yang menyambut dengan ekspresi datar agak berat mungkin fasik, yang malah takut dan khawatir bisa jadi munafik atau bahkan kufur.
Baiklah, ternyata bagi yang merasa berat, Allah telah sebutkan bahwa kewajiban shaum itu “telah diwajibkan juga kepada orang-orang sebelum kalian,” kalau umat-umat terdahulu saja sudah diwajibkan shaum lalu kenapa kita harus merasa berat seolah-olah hanya kita saja yang diberikan ‘beban’. Maka bagi siapa saja yang merasa terbebani oleh kewajiban shaum, sungguh ia hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja tanpa mendapatkan saripati dari ibadahnya sedikitpun. Sia-sia!
Orang yang beriman dan bersabar tanpa terbebani akan dengan mudah mendapatkan saripati ibadah shaum Ramadhan sebagaimana target shaum itu sendiri yakni “supaya kalian menjadi orang-orang yang bertakwa,” kata Allah. Takwalah puncak prestasi keimanan tertinggi, yang Allah tegaskan bahwa insan paling mulia di sisi-Nya adalah insan yang bertakwa.
....Takwalah puncak prestasi keimanan tertinggi, yang Allah tegaskan bahwa insan paling mulia di sisi-Nya adalah insan yang bertakwa...
Takwa adalah konsistensi iman dan amal shaleh. Seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah: “Nasihatilah aku yang tidak akan aku minta lagi kepada orang lain.” Rasul menjawab: “Katakanlah: aku beriman kepada Allah, lalu konsistenlah kamu dalam keimanan itu.” Iman plus konsistensi adalah takwa. Maka ciri orang yang sukses meraih predikat takwa dari ibadah Ramadhan adalah konsistensi ibadahnya di bulan-bulan lain sama seperti yang dilakukannya di bulan Ramadhan.
Shaum Ramadhan adalah ibadah yang berfungsi sebagai charger untuk on-nya ibadah di sebelas bulan berikutnya. Adalah mengerikan, orang berduyun-duyun di akhir Ramadhan merayakan hari kemenangan, sementara mereka sudah tidak lagi berpuasa. Kembali ke kulit palsunya yang mereka tahu bahwa itu palsu. Memang benar, orang paling bodoh adalah orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu namun sok tahu seolah-olah dirinya tahu. Benarlah, hanya yang beriman dan bersabar (ihtisaban) dalam ibadah Ramadhan lah yang akan diampuni dosa masa lalunya.
Marilah kita maksimalkan seluruh kemampuan kita; mental, fisik, ilmu dan harta untuk ibadah di bulan Ramadhan yang mungkin kita tidak akan menjumpainya lagi di tahun depan. Allahumma sallimnaa Ramadhan, wa sallim Ramadhana lanaa mutaqabbalan (Dion/Jurdilaga PA Jambi)