Hakim PA Muara Tebo : Refleksi dan Substansi Isra’ dan Mikraj (22/05)
Asrori Amin didampingi Azhar Amir
Muara Tebo - Sesuai dengan agenda yang telah ditentukan, setiap senin pagi setelah pelaksanaan apel di Pengadilan agama Muara Tebo dilanjutkan dengan acara Pembinaan Mental (Bintal) bagi seluruh unsur di Pengadilan Agama Muara Tebo.
Dalam kesempatan Bintal, Senin (18/5/2015) bertepatan dengan peringatan isra’ dan Mikraj Nabi Muhammad Saw. tampil sebagai pemberi materi, Hakim PA Muara Tebo, Asrori Amin, S.H.I, M.H.I dengan moderator Azhar Amir, S.H yang juga Kepala Urusan Keuangan PA Muara Tebo.
Dalam materi ceramahnya, alumni S 2 IAIN Raden Intan Lampung ini mengajak seluruh karyawan PA Muara Tebo yang hadir untuk flash back terkait peristiwa isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW, dimana peristiwa tersebut menurut dia terjadi pada saat kondisi mental rasulullah Saw sedang gundah karena dua orang penting dalam sejarah perkembangan islam di Kota mekah dipanggil menghadap Allah Swt. Kedua orang yang sangat disayangi Nabi tersebut adalah Siti Khadijah yang tak lain adalah isterinya dan pamannya Abu Thalib.
KPA, Waka dan seluruh elemen PA Muara Tebo
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa untuk mengembalikan spirit itu Allah Swt. mengisra’ dan memikrajkan Nabi Muhammad Saw, sebagaimana digambarkan dalam surat Al-Isra’ ayat 1. Inilah upaya Allah Swt untuk merefresh kondisi spiritual Nabi Muhammad dengan perjalanan yang secara nalar manusia sulit untuk dijangkau.
Dalam bagian lain, pemateri juga mengingatkan bahwa substansi ajaran dari peristiwa isra’ dan mikraj selain upaya merefresh kondisi spiritual Nabi Saw, dengan menunjukkan salah satu kekuasaan dan kebesaran Allah Swt melalui ajaran ibadah sholat lima waktu.
“Jika Nabi Muhammad Saw bertemu dan berkomunikasi kepada Allah swt lewat jalan isra’ dan mikraj, maka umat islam menghadap dan berkomunikasi dengan Allah swt dengan jalan sholat”, ujarnya lugas.
Dalam materinya, pria jangkung ini juga menerangkan ada 3 kriteria orang mendirikan sholat. “Ada orang yang malaksanakan shalat karena kewajiban, ada juga karena kebutuhan, dan yang terakhir orang yang mampu menghadirkan sholat dalam diri”, terangnya.
“Orang yang mengerjakan sholat karena kewajiban menurut dia hanya sebatas menggugurkan kewajiban, dan tidak mungkin bekas sholatnya mampu mewarnai hidupnya. Begitu pula tingkat kedua, yang menjadikan sholat sebagai suatu kebutuhan, akan mewarnai sholat itu dalam dirinya ketika ia butuh dengan sholat. Dua kondisi ini akan menghantarkan kita ke dalam neraka wail sebagaimana firman allah swt dalam suratAl-Maauun ayat 4 – 5”, ungkapnya.
Sedangkan orang yang mampu menghadirkan sholat dalam dirinya, menurut pria yang pernah bertugas di PA Liwa ini, maka ia menghadirkan Allah swt dalam setiap gerak hidupnya, dan sholat yang demikian yang mampu mewarnai hidupnya sebagaimana firman allah swt dalam surat Al-Ankabut : 45 yang artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Mengakhiri ceramahnya, pemateri mengajak seluruh unsur PA Muara Tebo untuk senantiasa menjaga shalat dan menghadirkan sholat dalam diri agar semua yang diucapkan, yang diperbuat senantiasa terjaga dari perbuatan fakhsa’ dan munkar. (amyn/Jurdilaga PA Muara Tebo-PTA Jambi)